.breadcrumbs{padding:0 5px 5px 0;margin:0 0 5px;font-size:11px;border-bottom:1px dotted #ccc;font-weight:normal}

Halaman

Sabtu, 03 Maret 2012

MAKALAH IBNU KHALDUN

BAB II
PEMBAHASAN
A.Biografi Ibnu Khaldun

Nama lengkapnya Abdullah Abdurrahman abu Zayd Ibn Muhammad Ibn Khaldun. Ia dilahirkan di Kota Tunisia pada bulan Ramadhan 732 H/1332 M dari keluarga ilmuan dan terhormat yang telah berhasil menghimpun antara jabatan ilmiah dan pemerintahan. Suatu jabatan yang jarang dijumpai dan mampu diraih orang pada masa itu. Sebelum menyeberang ke Afrika, keluarganya adalah para pemimpin politik di Moorish ( Spayol ) selama beberapa abad.
Ayahnya bernama Abu Abdullah Muhammad. Ia berkecimpung dalam bidang politik, kemudian mengundurkan diri dari bidang politik serta menekuni ilmu pengetahuan dan Kesufian (Abd Al-Rakman Ibn Khaldun, Jilid I, t.th.: 10-11). Ia ahli dalam bahasa dan sastra Arab. Ia meninggal pada 794 H/1384 Makibat wabah pes yang melanda Afrika Utara dengan meninggalkan lima orang anak. Ketika ayahnya  meninggal, Ibn Khaldun baru berusia 18 tahun. Selanjutnya pada 1362 Ibn menyeberang Ke Spanyol dan bekerja pada Raja Granada. Di Granada, ia menjadi utusan raja untuk berunding dengan pedro (Raja Granada) dan Raja Castilla di Sevilla. Karena kecakapanya yang luar biasa, ia di tawari pula bekerja oleh penguasa Kristen saat itu. Sebagai imbalanya, tanah – tanah bekas milik keluarganya di kembalikan kepadanya. Akan tetapi, dari tawaran – tawaran yang ada, ia ahkirnya memilih tawaran untuk bekerja sama dengan Raja Granada. Ke sanalah ia memboyong keluarganya dari Afrika. Ia tidak lama tinggal di Granada. Ia selanjutnya kembali ke Afrika dan diangkat menjadi perdana menteri oleh Sultan Aljazair. Ketika antara tahun 1362-1375 terjadi pergolakan politik, Ibn khaldun terpaksa mengembara ke Maroko dan Spanyol.
Ibnu khaldun mengawali pendidikanya dengan membaca Al – Qur’an, Hadits, Fiqh, Sastra, Nahwu shorof, pada sarjana – sarjana terkenal pada waktu itu. Tunusia pada waktu itu merupakan pusat ulama’ dan sastrawan di daerah Maghrib. Dan umur 20 tahun ia bekerja sebagai sekertaris Sultan Fez di Maroko. Akan tetapi, setelah Tunisia dan sebagian besar kota – kota di Masyriq dan Maghrib di landa wabah Pes yang dahsyat pada 749 H, mengakibatkan ia tidak dapat melanjutkan studinya. Bahkan dalam peristiewa tersebut ia kehilangan orang tuanya dan beberapa orang pendidiknya. Dengan kondisi yang demikian, pada tahun 1362 ia pindah ke Spanyol.
Di antara pendidiknya Ibn Khaldun yang terkenal adalah Abu Abdullah Muhammad Ibn Saad Ibn Burral Al – Anshari. Darinya, ia belajar Al – Qur’an dan qiraat al-sab’ah. Selain itu, gurunya yang lain adalah Syaikh Abu Abdullah Ibn Al-Arabi Al-Hasayiri, Muhammad Al-Syawwas Al-Zarazli, Ahmad Ibn Al-Qassar, Syaikh Syamsudin Abu Abdullah Muhammad Al-Wadisyasyi ( belajar ilmu hadits, bahasa Arab, fiqh), dan Abdullah Muhammad Ibn As-Salam ( belajar kitab al-muwatha’ karya Imam Malik ), Muhammad Ibn Sulaiman Al-Satti Abd Al-Muhaimin Al-Hadrami dan Muhammad Ibn Ibrahim Al-Abili (belajar ilmu ilmu pasti, logika, dan seluruh ilmu /teknik kebijakan dan pengajaran di samping dua ilmu pokok, Al-Qur’an dan Hadits. Diantara sekian banyak pendidik tempat Ibn Khaldun menimba ilmu, ada dua orang yang dianggap paling berjasa terhadapnya, yaitu Syaikh Muhammad Ibn Ibrahim Al-Billi dalam ilmu – ilmu filsafat dan Syaikh Abdul Muhaimin Ibnu Al-Hadrami dalam ilmu – ilmu agama. Dari kedua pendidik terseut, ia mempelajari Kitab – Kitab hadits seperti al-Kutub al-Sittah dan al-Muwattha’ (Ramayulis dan Samsul Nizar,2009:283).[1]
Karya - karya Ibnu Khaldun yang bernilai sangat tinggi diantaranya, at-Ta’riif bi Ibn Khaldun (sebuah kitab autobiografi, catatan dari kitab sejarahnya); Muqaddimah (pendahuluan atas kitabu al-’ibar yang bercorak sosiologis-historis, dan filosofis); Lubab al-Muhassal fi Ushul ad-Diin (sebuah kitab tentang permasalahan dan pendapat-pendapat teologi, yang merupakan ringkasan dari kitab Muhassal Afkaar al-Mutaqaddimiin wa al-Muta’akh-khiriin karya Imam Fakhruddin ar-Razi).[2]
A.  Pemikiran ibnu khaldun tentang pendidikan

1.      Tujuan Pendidikan
Menurut Ibnu Khaldun, tujuan pendidikan beraneka ragam dan universal. Diantara tujuan pendidikan tersebut adalah sebagai berikut:

a.       Tujuan peningkatan pemikiran
Ibnu Khaldun memandang bahwa salah satu tujuan pendidikan adalah memberikan kesempatan kepada akal untuk lebih giat dan melakukan aktifitas. Hal ini dapat dilakukan melalui proses menuntut ilmu dan keterampilan. Dengan menuntut ilmu dan keterampilan, seseorang akan dapat meningkatkan kegiatan potensi akalnya. Melalui proses belajar, manusia senantiasa mencoba meneliti pengetahuan-pengetahuan atau informasi-informasi yang diperoleh pendahulunya. Atas dasar pemikiran tersebut, tujuan pendidikan menurut ibnu Khaldun adalah peningkatan kecerdasan manusia dan kemampuanya berfikir.
b.      Tujuan Penningkatan Kemasyarakatan
Dari segi peningkatan kemasyarakatan Ibnu Khaldun berpendapat bahwa ilmu dan peradaban lumrah bagi perdaban manusia (Ibn Khaldun, Jilid I, t.th.: 1018). Untuk itu, manusia seyogianya senantiasa berusha memperoleh ilmu dan ketrampilan sebanyak mungkin sebagai salah satu cara membantunya untuk dapat hidup dalam masyarakat yang dinamis dan berbudaya.
c.       Tujuan pendidikan dari segi keruhanian
Tujuan pendidikan dari segi keruhanian adalah dengan meningkatkan keruhanian manusia dengan menjalankan praktik ibadah, dzikr, khalawat, dan mengasingkan diri dari khalayak ramai sedapat mungkin untuk tujuan ibadah sebagaimana yang dilakukan oleh para sufi (Ibn Khaldun, jilid I, t.th.: 1097).[3]

2.      Kurikulum Pendidikan dan Klasifiksi Ilmu
Sebelum membahas pandangan Ibnu Khaldun mengenai kurikulum, perlu diketahui bahwa pengertian kurikulum pada zamannya berbeda dengan pengertian kurikulum masa kini (modern). Pengertian kurikulum pada masa Ibnu Khaldun masih terbatas pada maklumat-maklumat dan pengetahuan yang dikemukaan oleh guru atau sekolah dalam bentuk mata pelajaran yang terbatas atau dalam bentuk kitab – kitab tradisional yang tertentu, yang dikaji oleh murid dalam tiap tahap pendidikan. Sedangkan pengertian kurikulum modern telah mencakup konsep yang lebih luas yang di dalamnya mencakup konsep yang lebih luas, seperti tujuan pendidikan yang ingin dicapai, pengetahuan – pengetahuan, maklumat – maklumat, data kegiatan – kegiatan, pengalaman – pengalaman dari mana terbentuknya kurikulum itu, metode pengajaran serta bimbingan kepada murid, ditambah metode penilaian yang dipergunakan untuk mengukur kurikulum dan hasil proses pendidikan.[4]
Ibnu Khaldun membuat klasifikasi ilmu dan menerangkan pokok bahasanya bagi peserta didik. Ia menyusun kurikulum yang sesuai sebagai salah satu sarana untuk mencapai utjuan-tujuan pendidikan. Hal ini dilakukan karena kurikulum dan sistem pendidikan yang tidak selaras dengan akal dan kejiwaan peserta didik akan menjadikan mereka enggan dan malas belajar. Berkenaan dengan hal tersebut, Ibnu Khaldun membagi ilmu menjadi tiga macam. Pertama; kelompok ilmu lisan (bahasa): ilmu tentang tata bahasa (grametika), sastra, dan bahasa yang tersusun secara sistematis (syair). Kedua, kelompok ilmu naqli: ilmu yang diambil dari kitab suci dan sunnah nabi. Ketiga, kelompok ilmu aqli yaitu ilmu-ilmu yang diperoleh manusia melalui kemampuan untuk berfikir. Proses perolehan tersebut dilakukan melalui panca indra dan akal (Ramayulis dan Syamsul Nizar, 2009: 284).[5]
Sedangkan menurut Muhammad Jawad Rido, pandangan Ibnu Khaldun tentang kurikulum pendidikan dapat dilihat dari konsep epistemologinya. Menurutnya, ilmu pengetahuan dalam kebudayaan umat Islam dapat dibagi kepada dua bagian, yaitu:

a.       Ilmu Pengetahuan syar’iyyah yang berkenaan dengan hukum dan ajaran agama Islam. Ilmu pengetahuan syar’iyyah yaitu ilmu-ilmu yang bersandar pada “warta” otoritatif syar’i (Tuhan/Rosul) dan akal manusia tidak mempunyai peluang untuk “mengotak-atiknya”, kecuali dalam lingkup cabang-cabangnya. Itu pun masih harus berada dalam kerangka diktum dasar “warta” otoritatif tersebut. Ilmu ini diantaranya adalah tentang Al-Qur’an, Hadits, prinsip-prinsip syari’ah, fiqh, teologi, dan sufisme.
b.      Ilmu pengetahuan filosofis, yaitu ilmu yang bersifat alami yang diperoleh manusia dengan kemampuan akal dan pikirannya. Lingkup persoalan, prinsip-prinsip dasar dan metode pengembangannya sepenuhnya berdasar daya jangkau akal pikir manusia.
Ilmu pengetahuan filosofis meliputi:

1)      Ilmu Mantik (logika), yakni ilmu yang menjaga proses penalaran dari hal-hal yang sudah diketahui agar tidak mengalami kesalahan.
2)      Ilmu Pengetahuan Alam, yakni ilmu tentang realitas empiris-inderawan, baik berupa unsur-unsur atomik, bahan-bahan tambang, benda-benda angkasa maupun gerak alam jiwa manusia yang menimbulkan gerak dan sebagainya.
3)      Ilmu Metafisika yakni hasil pemikiran tentang hal-hal metafisis.
4)      Ilmu Matematika, ilmu ini meliputi empat disiplin keilmuan yang disebut al-Ta’lim yakni: a) Ilmu Ukur (al –Handasah); b) Ilmu Aritmatika; c) Ilmu Musik; d) Astronomi.[6]
3.      Sifat-Sifat Pendidik
Seorang pendidik akan berhasil dalam tugasnya apabila memiliki sifat-sifat yang mendukung profesionalismenya. Sifat-sifat tersebut diantaranya

a.       Pendidik hendaknya lemah lembut, senantiasa menjauhi sifat kasar, dan menjauhi hukuman yang merusak fisik dan psikis peserta didik, apalagi terhadap anak-anak kecil.
b.      Pendidik hendaknya mejadikan dirinya sebagai uswah al-hasanh (teladan) bagi peserta didik.

MAKALAH SUBYEK, SASARAN, PRINSIP DAN ALAT EVALUASI


BAB II
PEMBAHASAN
A.  Subyek dan sasaran evaluasi
1.    subyek evaluasi
Yang dimaksud dengan subyek evaluasi di sini adalah orang yang melakukan pekerjaan evaluasi. siapa yang dapat disebut sebagai subyek evaluasi untuk setiap tes, ditentukan oleh suatu aturan pembagian tugas atau ketentuan yang berlaku. sebagai contoh adalah sebagai berikut :[1]
a)    Untuk melaksanakan evaluasi tentang presentasi belajar atau pencapaian, maka subyek evaluasi adalah guru.
b)   untuk melaksanakan evaluasi terhadap kepribadian dimana menggunakan sebuah alat ukur yang sudah distandarisasi, maka subyeknya adalah ahli-ahli psikologi
Dalam hal ini, penulis mengkategorikan pelaksana evaluasi sebagai subyek evaluasi. ada pandangan lain yang disebut subyek evaluasi adalah siswa, yaitu orang-orang yang dievaluasi, karena yang dipandang sebagai obyek misalnya, prestasi matematika, kemampuan membaca, kecepatan lari, dan sebagainya. pandangan lain lagi mengklasifikasikan siswa sebagai obyek evaluasi dan guru sebagai obyeknya.
2.    sasaran evaluasi
Jika kita ingat kembali apa yang menjadi sasaran dari penilaian. obyek atau sasaran penilaian (evaluasi) adalah segala sesuatu yang menjadi titik pusat pengamatan karena penilai menginginkan informasi tentang sesuatu tersebut. jika digambarkan dalam bentuk diagram akan terlihat sebagai berikut:




 




Dengan melihat diagram di atas, maka sasaran penilaian (evaluasi) untuk unsur-unsurnya meliputi :
a)      input
Yaitu calon siswa sebagai pribadi yang utuh adapun aspek yang bersifat rohani yang ada dalam diri siswa adalah :
§  Kemampuan
§  Kepribadian
§  Sikap-sikap
§  Intelegensi

b)      Transformasi
Untuk memperoleh hasil pendidikan yang diharapkan maka harus ada unsur-unsur transformasi yang dapat menjadi sasaran atau obyek penilaian. unsur-unsur tersebut antara lain :
§  Kurikulum
§  Metode dan cara penilaian
§  Sistem administrasi
§  Guru dan personil lainnya[2]

c)      Output
Yang dimaksud output di sini adalah lulusan yang dhasilkan dari sebuah sekolah. Dengan adanya pembelajaran dan evaluasi yang baik, diharapkan dapat menghsilkan lulusan yang berkualitas pula. Adapun alat evaluasi yang sangat efektif yang dapat menghasilkan lulusan yang tidak hanya cemerlang dalam intelegensinya saja melainkan dalam segi ketrampilan serta akhlaknya juga berkualitas, maka alat evaluasi haruslah mencakup unsur kognitif, psikomotorik dan afektif.

B.  Prinsip-prinsip Evaluasi
Untuk memperoleh hasil evaluasi yang lebih baik, maka kegiatan evaluasi harus bertitik dari prinsip-prinsip umum sebagai berikut:
1.        Kontinuitas
Evaluasi tidak boleh dilakukan secara insedental karena pembelajaran itu sendiri adalah suatu proses yang kontinyu. Oleh sebab itu evaluasi pun harus dilakukan secara kontinyu pula.
2.        Komprehensif
Dalam melakukan evaluasi terhadap suatu obyek, guru harus mengambil seluruh obyek itu sebagai bahan evaluasi.
3.        Adil dan obyektif
Dalam melaksanakan evaluasi guru harus berlaku adil dan tanpa pilih kasih kepada semua peserta didik. Guru juga hendaknya bertindak secara obyektif, apa adanya sesuai dengan kemampuan peserta didik.
4.        Kooperatif
Dalam kegiatan evaluasi hendaknya guru bekerjasama dengan semua pihak, seperti orang tua peserta didik, sesama guru, kepala sekolah, termasuk dengan peserta didk itu sendiri.
5.        Praktis
Praktis mengandung arti mudah digunakan baik oleh guru itu sendiri yang menyusun alat evaluasi maupun orang lain yang akan menggunakan alat tersebut.[3]
Suke Silverius dalam bukunya menjelaskan bahwasanya prinsip-prinsip evaluasi adalah sebagai berikut:
1.      Keterpaduan
Evaluasi merupakan komponen integral dalam program pengajaran di samping tujuan intruksional dan materi serta metode pengajaran.
2.      Keterlibatan siswa
Prinsip ini berkaitan erat dengan metode belajar CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) yang menuntut keterlibatan siswa secara aktif.
3.      Koherensi
Dengan prinsip koherensi dimaksudkan evaluasi harus berkaitan dengan materi pengajaran yang sudah disajikan dan sesuai dengan ranah kemampuan yang hendak diukur.
4.      Pedagogis
Di samping sebagai alat penilai hasil belajar, evaluasi juga perlu diterapkan sebagai upaya perbaikan sikap dan tingkah laku di tinjau dari segi pedagogis. Karena evaluasi dan hasilnya diharapkan dapat dipakai sebagai alat motivasi untuk siswa dalam kegiatan belajar.
5.      Akuntabilitas
Sejauh mana keberhasilan program pengajaran perlu disampaikan kepada piak-pihak yang berkepentingan dengan pendidkan sebagai laporan pertanggung jawaban (accountability).[4]
Dalam referensi lain disebutkan ada satu prinsip umum dan sangat penting dalam kegiatan evaluasi yaitu adanya trianggulasi atau hubungan erat tiga komponen yaitu antara lain :[5]
a.       Tujuan pembelajaran
b.      Kegiatan pembelajaran atau KBM
c.       Evaluasi
Trianggulasi tersebut dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut:
 






Penjelasan dari bagan di atas adalah:
a.       Hubungan antara tujuan dengan KBM
Kegiatan belajar mengajar yang dirancang dalam bentuk rencana mengajar disusun oleh guru dengan mengacu pada tujuan yang hendak dicapai.
b.      Hubungan antara tujuan dengan evaluasi
Evaluasi adalah kegiatan pengumpulan data untuk mengukur sejauh mana tujuan sudah tercapai.
c.       Hubungan antara KBM dengan evaluasi
Selain mengacu pada tujuan evaluasi juga harus mengacu atau disesuaikan dengan KBM. Yang dilaksanakan sebagai contoh, jika kegiatan belajar mengajar dilakukan oleh guru dengan menitik beratkan pada ketrampilan evaluasinya juga harus mengukur tingkat ketrampilan siswa, bukanya aspek pengetahuan.
C.  Alat evaluasi
Dalam pengertian umum, alat adalah suatu yang dapat digunakan untuk mempermudah seseorang untuk melaksanakan tugas atau mencapai tujuan secara lebih efektif dan efisien. Kata alat, biasa disebut juga dengan istilah istrumen.dengan demikian maka alat evaluasi juga dikenal dengan instrumen evaluasi. Secara garis besar, alat evaluasi digolongkan menjadi dua macam yaitu, tes dan non tes. Selanjutnya tes dan non tes juga disebut teknik evaluasi.[6]
1.    Tektik non tes
Yang tergolong teknik non tes adalah
a.    Skala bertingkat (rating scale)
Skala yang menggambarkan suatu nilai yang berbentuk angka terhadap suatu hasil perkembangan.
Contoh : kecenderungan seseorang terhadap jenis kesenian tertentu.



 



b.    Kuesioner
Kuesioner juga sering dkenal dengan nama angket. Pada dasarnya, kuesioner adalah berupa daftar pertanyaan yang harus diisi oleh seseorang yang akan diukur (responden). Adapun macam-macam kuesioner dapat ditinjau dari beberapa segi, di antaranya :
1)        Ditinjau dari segi persiapan
a)    Kuesioner langsung : dikatakan langsung jika kuesioner tersebut dikirimkan dan  diisi langsung oleh orang yang akan dimintai jawaban tentang dirinya.
b)   Kuesioner tak langsung : adalah kuesioner yang dikirimkan dan diisi oleh bukan orang yang dimintai keterangannya.
2)        Ditinjau dari segi cara menjawab
a)    Kuesioner tertutup : adalah kuesioner yang disusun dengan menyediakan pilihan jawaban lengkap sehingga pengisi hanya tinggal memberi tanda pada jawaban yang dipilih.
b)   Kuesioner terbuka : adalah kuesioner yang disusun sedemikian rupa sehingga para pengisi bebas mengemukakan pendapatnya.

c.       Daftar cocok (chek list)
Adalah deretan pernyataan (yang biasanya singkat),  dimana responden yang dievaluasi tinggal membubuhkan tanda cocok ( √ ) di tempat yang sudah disediakan.
d.   Wawancara (interview)
Adalah suatu metode atau cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan tanya jawab sepihak. Wawancara dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
1)      Interview bebas, dimana responden mempunyai kebebasan untuk mengutarakan pendapatnya tanpa dibataasi oleh patokan-patokan yang telah dibuat oleh subyek evaluasi.
2)      Interview terpimpin, yaitu interview yang dilakukan oleh subyek evaluasi dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sudah disusun terlebih dahulu.
e.       Pengamatan (observasi)
Adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliiti serta pencatatan secara sistematis. Ada tiga macam ovservasi yaitu,
1)      Observasi partisipan, yaitu observasi yang dilakukan oleh pengamat, tetapi dalam pada itu pengamat memasuki dan mengikuti kegiatan kelompok yang sedang diamati.
2)      Observasi sitematik, yaitu observasi dimana vaktor-vaktor yang diamati sudah didaftar secara sistematis dan sudah diatur menurut kategorinya.
3)      Observasi ekperimental, adalah Observasi ini terjadi jika pengamat tidak berpartisipasi dalm kelompok.

f.       Riwayat hidup
Adalah gambaran tentang keadaan seseorang selama dalam masa kehidupannya. Dengan mempelajari riwayat hidup maka subyek evaluasi akan dapat menarik suatu kesimpulan tentang kepribadian, kebiasaan, dan sikap dari obyek yang dinilai.[7]
Selain teknik-teknik di atas, ada juga teknik lain yaitu :
1)      Studi kasus (Case Study)
Adalah studi yang mendalam dan konprehensif tentang peserta didik, kelas atau sekolah yang memiliki kasus tertentu.
2)      Catatan insidental (anectodal recored)
Adalah catatan-catatan singkat tentang peristiwa sepintas yang dialami peserta didik secara perorangan.
3)      Sosiometri
Adalah suatu prosedur untuk merangkum, menyusun dan sampai batas tertentu dapat mengkuantifikasi pendapat-pendapt peserta didik tentang penerimaan teman sebayanya serta hubungan di antara meeka.
4)      Inventori kepribadian
Hampir serupa dengan tes kepribadian. Bedanya dalam inventori kepribadian jawaban peserta didik tidak mempunyai kriteria benar atau salah. Semua jawaban peserta didik adalah benar selama dia menyatakan yang sesungguhnya.[8]
2.      Teknik tes
Tes adalah penilaian yang konprehensif terhadap sorang individu atau keseluruhan usaha evaluasi program. Ditinjau dari segi kegunaan untuk mengukur siswa, maka tes dibedakan atas tiga macam, yaitu:[9]
a.       Tes diagnotik
Adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan siswa sehingga berdasarkan hal itu dapat dilakukan pemberian yang tepat.
b.      Tes formatif
Dari arti kata form yang merupakan dasar dari istilah formatif maka evaluasi formatif dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk setelah megikuti suatu program tertentu.
c.       Tes sumatif
Tes  sumatif dilaksanakan setelah berakhirnya pemberian sekelompok program atau sebuah program yang lebih besar.
3.      Perbandingan antara tes diagnosis, formatif dan Sumatif.
a.       Ditinjau dari fungsinya
1)   Tes diagnostik
·         Menentukan apakah bahan pra surat telah dikuasi atau belum
·         Menentukan tingkat penguasaan siswa terhadap bahan yang dipelajari
·         Mengelompokkan siswa berdasarkan kemampuan dalam menerima pelajaran yang akan dipelajari
·         Menentukan kesulitan-kesulitan belajar yang dialami untuk menetukan cara khusus untuk mengatasi atau memberikan bimbingan.
2)   Tes formatif
Sebagai umpan balik bagi siswa, guru maupun program untuk menilai pelaksanaan suatu unit program.
3)   Tes sumatif
Untuk membeikan tanda kepada siswa bahwa telah mengikuti suatu program serta menetukan posisi kemampuan siswa dibandingkan dengan kemampuan dengan kawannya dalam kelompok.
b.      Ditinjau dari waktu
1)   Tes diagnostik
·         Pada waktu penyaringan calon siswa
·         Pada waktu membagi kelas atau permulaan memberikan pelajaran.
2)   Tes formatif
Selama pelajaran berlangsung untuk mengetahui kekurangan agar pelajaran dapat berlangsung sebaik-baiknya.
3)   Tes sumatif
Pada akhir unit catur wulan, semester akhir tahun atau akhir pendidikan.
c.         Ditiinjau dari titik berat penilaian
1)   Tes dignostik
·         Tingkah laku kognitif, afektif dan psikomotorik
·         Faktor-faktor fisik, psikologis dan lingkungan
2)   Tes formatif
·         Menentukan pada tingkah laku kogniitif
3)   Tes sumatif
·         Pada umumnya menentukan tingkah laku kognitif, tetapi ada kalanya pada tingkah laku psikomotorik dan kadang-kadang pada afektif.
d.        Ditinjau dari alat evaluasi
1)   Tes diagnostik
·         Tes prestasi belajar yang telah distandarisasi
·         Tes diagnostik yang telah distandarisasikan
·         Tes buatan guru
·         Pengamatan dan daftar cocok (check list)
2)   Tes formatif
·         Tes prestasi belajar yang tersusun scara baik
3)   Tes sumatif
·         Tes ujian akhir
e.       Ditinjau dari cara memilih tujuan yang dievaluasi
1)      Tes diagnostik
·      Memilih tiap-tiap ketrampilan prasarat
·      Memilki tujuan setiap program pelajaran secara berimbang
·      Memih yang berhubungan dengan tingah laku fisik, mental dan perasaan
2)      Tes formatif
·         Mengukur semua tujuan instruksional khusus
3)      Tes sumatif
·      Mengukkur tujuan instruksional umum

f.       Ditinjau dari tingkat kesulitan tes

1)      Tes diagnostik
·         Untuk tes diagnostik mengukur ketrampilan dasar, diambil dari banyak soel tes yang mudah yang tingkat kesulitannya 0,5 atau lebih
2)      Tes formatif
·         Belum dapat ditentukan
3)      Tes sumatif
·         Rata-rat mempunyai tingkat kesulitan antar 0,35-0,70 ditambah bebrapa soal yang sangat mudah dan beberapa lagi yang sangat suukar.
g.      Ditinjau dari skoring
1)      Tes diagnostik
·         Menggunakan standar mutlak dan standar relatif
2)      Tes formatif
·         Menggunakan standar mutlak
3)      Tes sumatif
·         Menggunakan standar relatif

h.      Ditinjau dari tingkat pencapaian
1)      Tes diagnostik
Ada bermacam-macam tes diagnosttik, untuk tes diagnostik yang sifatnya memonitor kemajuan tingkat pencapaian yang diiperoleh siswa merupakan informasi tentang keberhasilannya. Tes prasarat adalah tes diagnostik yang sifatnya khusus. Fungsinya untuk mengetahui penguasaan bahan prasarat yang sangat penting untuk kelanjutan studi bagi pengetahuan berikutnya.
2)      Tes formatif
Ditinjau dari tujuan, tes formatif dugunakan untuk mengetahui apakah siswa sudah mencapai tujuan intruksional umum yang diuraikan menjadi tujuan intruksional khusus
3)      Tes sumatif
Sesuai dengan fungsi tes sumatif, yaitu memberikan tanda kepada siswa bahwa mereka telah mengikuti suatu program dan untuk menentukan posisi kemampuan siswa dibandingkan kawan dalam kellompoknya. Maka tidak dibutuhkan suatu tuntutan harus berapa tingkat penguasaan yang dicapai, namun demikian tidak berarti bahwa tes sumatif tidak penting

i.        Ditinjau dari cara pencatatan
1)   Tes diagnostik
Dicatat dan dlaporkan dalam bentuk profil
2)   Tes formatif
Prestasi tiap siswa dilaporakn dalam bentuk catatan berhasil atau gagal dalam menguasai suatu tugas.
3)   Tes sumatif
Keseluruhan skor atau sebagian skor dari tujuan-tujuan yang dicapai.[10]



BAB III
PENUTUP
Dari uraian di atas dapat saya simpulkan bahwa :
1.      Subyek evaluasi adalah orang yang melakukan pekerjaan evaluasi
2.      Sasaran evaluasi yaitu input, transformasi dan output
3.      Prinsip-prinsip evaluasi ada tiga pendapat salah satunya adalah kontinuitas, komprehensif adil dan obyektif kooperatif dan praktis
4.      Alat evaluasi dibagi menjadi tiga, yaitu :
a.          Teknik non tes
b.         Teknik tes
c.          Perbandingan antara tes diagnostik, tes formatif dan tes sumatif.
Daftar pustaka
Arikunto, Suharsimi. 1997. Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Arifin, Zainal. 2009. Evaluasi Pembelajaran, Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung: PT Remaja Rosda karya

Silverius, Suke. 1991. Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik. Jakarta: Grasindo


[1] Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evalluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumu Aksara, 1991), h. 21
[2] Ibid, h. 22
[3] Zaenal arifin, evalusi pembelajaran, prinsip, teknik, prosdur, (bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2009) h. 31
[4] Suke Silverius, Evaluasi hasil elajar dan umpan balik, (Jakarta: Grasindo, 1991) h. 11-12
[5] Daryanto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Rineke cipta, 1999) h. 28
[6] Suharsimi Arikunto, Op.Cit. h. 23
[7] Ibid, h. 24-28
[8] Zainal Arifin, Op.Cit. h. 168-172
[9] Suharsimi Arikunto, Op.Cit. H. 30
[10] Suharsimi Arikunto, Op.Cit. h. 42-47
Template by : kendhin tuyulndeso.blogspot.com
back to top